Tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Islam
Agama Islam masuk
kewilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat. Mula-mula
Islam dikenal dan berkembang di daerah Sumatra Utara, tepatnya di Pasai dan
Peurlak. Agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia
waktu itu. Mengapa agama Islam dapat di terima dengan mudah? Sebab-sebab nya
antara lain adalah:
1. Syarat-syarat untuk
masuk agama Islam sangatlah mudah.
Untuk masuk islam,
seseorang hanya cukup membacakan dua kalimat syahadat.
2. Peran ulama, kiyai,
dan para pendakwah giat melakukan syiar agama.
Banyak tokoh penyebar
agama Islam menggunakan sarana budaya setempat. Misalnya, beberapa dari pulau
jawa, menggunakan sarana wayang untuk sarana dakwah.
Tokoh-tokoh sejarah pada
masa kerajaan Islam antara lain:
1. Sultan Malik
Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh
adalah pendiri dan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Sebelum menjadi raja
beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah putera Merah Gajah.
Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya,
beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.
Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif
Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau
Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.
2. Sultan Ahmad
(1326-1348)
Sultan Ahmad adalah
sultan Samudra Pasai yang ke-3. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada
masa pemerintahan beliau, Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang ulama Maroko,
yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari sultan Delhi, India untuk
berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina, Ibnu Battutah singgah di Samudra
Pasai. Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memerhatikan
perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke
Wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudra Pasai. Beliau juga memerhatikan
kemajuan kerajaannya.
3. Sultan Alauddin
Riyat Syah
Sultan Alauddin Riyat
Syah adalah sultan Aceh ke-3. Beliau memerintah tahun 1538-1571. Sultan
Alauddin Riyat Syah meletakan dasar-dasar kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk
menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja sama dengan kerajaan Turki
Usmani dan Kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan kerajaan Turki
Usmani, Aceh dapat membangun angkatan perang yang sangat baik. Sultan Alauddin
Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama tersebut
mengajarkan agama Islam ke Kesultanan Aceh. Selain itu, beliau juga mengirim
pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman Sumatra, mendirikan pusat Islam di
Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke Minangkabau dan Indrapura. Sultan Alauddin
Riyat Syah wafat pada tanggal 28 September 1571.
4. Sultan Iskandar
Muda (1606-1637)
Sultan Iskandar Muda
adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637. Pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan
kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi
melalui perdagangan di pesisir Sumatra Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan
perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk merebut selat malaka. Sultan
Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidamg agama. Beliau mendirikan sebuah
mesjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat
pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang
sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda, disusun sistem perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan
Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum
rajam putranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau
mengatakan “Mati anak ada makamnya, mati hukum kemana lagi akan dicari keadilan”.
Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.
5. Sultan Agung
Hanyokrokusumo
Sultan Agung
Hanyokrokusumo adalah raja dari Kerajaan Mataram. Beliau dilahirkan di
Yogyakarta pada tahun 1591. Beliau tidak senang dengan kekerasan Belanda yang
telah meraja lela dan Menguasai Jakarta. Pada tahun 1628, Sultan Agung
Hanyokrokusumo mengirim tentara Mataram untuk menyerang Batavia yang sekarang
bernama Jakarta, namun gagal karena senjatanya tidak lengkap. Pada tahun 1629,
Sultan Agung Hanyokrokusumo kembali menyerang Batavia, namun usahanya kembali
gagal.
6. Sultan Ageng
Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa
di lahirkan di Banten pada tahun 1631. Pada waktu ia kecil, ia bernama Abdul
Fath Abdulfatah. Rakyat Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara
Gerilya. Pada tahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda behasil di ruksak oleh
rakyat Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang.
Belanda mulai menjalankan politik adu domba. Pada tahun 1680, pecahlah perang
antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Belanda yang dibantu Sultan Haji. Pada
tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan di penjarakan di Jakarta. Pada tahun
1692, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia di dalam penjara. Jasadnya
dimakamkan di dekat Mesjid Agung Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar